Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Krisis Pangan dunia, memicu lonjakan bahan pangan Nasional

Senin, 18 Juli 2022 | Juli 18, 2022 WIB Last Updated 2022-07-18T09:20:00Z

 

Indikasi krisis global yang merupakan dampak dari pandemi covid 19 dan perang Rusia-Ukraina, menjadi problem secara global, sumber : suara.com

"Kenaikan berbagai komoditas pangan dipicu oleh pandemi covid 19 dan perang antara Ukraina - Rusia, yang sampai saat ini kedua negara tersebut masih belum bisa berdamai"


Melonjaknya harga pangan dan dicabutnya subsidi bahan, membuat harga pangan kian melonjak, bahkan menurut Menkeu Sri Mulyani Indrawati harga komoditas pangan ini diperkirakan akan terus meroket hingga akhir tahun 2022.


Indonesia sebagai tuan rumah dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Presidensi G20 di Bali, tentu membahas soal energi, ekonomi, dan perdamaian dunia, karena tidak bisa dibantah lagi perang antara Ukraina dan Rusia, memantik problem yang luas tidak hanya bagi negara yang sedang berperang, namun juga pada negara-negara yang lain.


Indonesia secara agraris memang berpenduduk dengan menggantungkan penghasilan pada pertanian, peternakan, dan menjadi buruh, jika komoditas harga pangan terus melonjak, tentu saja masyarakat dengan penghasilan yang rendah akan semakin bingung dengan situasi dan kondisi yang kian tak menentu ini.


Meroketnya harga pangan, jelas karena adanya faktor pencabutan pupuk bersubsidi, sehingga menjadi masyarakat petani kebingungan, sementara ketika hendak membeli yang non subsidi, harganya memang jauh relatif tinggi.


Tidak heran jika kemudian harga komoditas pangan ikut melonjak akhir-akhir ini, disamping ada pengaruh ekonomi dunia yang sudah mulai kurang stabil.


Dikutip dari laman tempo.co, Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa sebanyak 267 juga orang di dunia sedang menghadapi krisis pangan akut setelah perang Ukraina vs Rusia dan pandemi covid 19.


"Berdasarkan data World Food Programe, orang menghadapi krisis pangan akut meningkat dua kali lipat mulai tahun 2019, yaknj 135 juta dan pada tahun 2022 meningkat menjadi 276 juta orang, ujar Menkeu saat memberikan Keynote Speech salam pembukaan FMCBG G20 di nusa dua Bali Pada Jumat 15/07/22.


 Tidak hanya Indonesia saja yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi, negara-negara di belahan dunia pun mulai terseret pada kesulitan, bahkan sudah ada negara yang bangkrut dan belum bisa mengembalikan hutang.


Akibat Pandemi covid 19 dan perang Rusia dan Ukraina, sangat terasa dampaknya bagi negara-negara di dunia, bahkan kesulitan soal ekonomi dan pangan, saat ini menjadi prioritas oleh pemerintah, dalam stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara ini, sehingga tidak terjadi kekacauan, yang bisa menyebabkan semakin ambruknya situasi dan kondisi dalam hidup berbangsa dan bernegara.


Tentu situasi yang sudah mulai tidak berimbang ini, terutama berkaitan dengan dicabutnya pupuk subsidi dan masih menjadi barang langka, tentu saja sangat meresahkan para petani.


Dikutip dari kompasiana.com, menurut H. Asrul Hussein, Sekitar 70 jenis komoditas pupuk bersubsidi. Saat ini, pupuk subsidi hanya diperuntukkan untuk 9 komoditas utama yakni padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu, kopi dan kakao atau coklat.


Sembilan komoditas tersebut diharapkan akan bisa mendukung terwujudnya ketahanan pangan yang lebih baik di masa depan.


Oleh karena itu Indonesia sebagai negara Agraris sudah seharusnya menghasilkan produk pertanian, terutama yang berkaitan dengan sandang dan pangan tidak hanya mencukupi di dalam negeri saja, namun diharapkan mampu dalam ketersedian pangan, sehingga bisa melakukan eksport ke berbagai negara di belahan dunia. Semoga

×
Berita Terbaru Update